SILASE
Pengertian
Silase
adalah hijauan pakan yang disimpan dalam keadaan segar dengan kadar
air 60-70%, dihasilkan melalui proses fermentasi dalam kondisi an aerob (tanpa oksigen) pada kelembaban yang
tinggi. Silase merupakan produk olahan hasil fermentasi an aerob dari hijauan
segar yang disebut ensilase dengan tujuan untuk
mengawetkan bahan pakan dan memperkecil kehilangan zat-zat pakan. Namun silase tidak hanya pada
hijauan saja. Menurut Morrison (1961) silase adalah pakan ternak awetan
yang umumnya dibuat dari hijauan, limbah
pertanian, limbah rumah potong/limbah industri, ikon dengan menggunakan
proses fermentasi asam laktat. Beberapa yang dilaporkan seperti silase ikan,
silase jeroan, silase onggok dll. Jadi tidak terbatas pada jenis hijauan saja.
Awetan ini
merupakan bahan pakan yang berpotensi tinggi, komposisi kimiawi dan kecernaannya hampir
sama dengan bahan aslinya. Walaupun silase tidak akan pernah lebih baik dari hijauan
aslinya. Hal ini disebabkan oleh adanya sejumlah zat makanan tertentu yang akan
hilang selama proses fermentasi dan aroma yang timbul dapat menyebabkan tingkat
konsumsi menurun.
Prinsip
pembuatan silase adalah kondisi an aerob cepat tercapai dan penurunan pH
serendah mungkin (pH 3,8-4,2). Pada hakekatnya tujuan pembuatan silase sama
dengan hay yaitu mengawetkan hijauan yang
berlimpah di musim hujan untuk digunakan pada musim kemarau (persediaan
pakan saat paceklik). Disamping itu juga sebagai pakan hijauan selama
tranportasi dan untuk diperdagangkan.
Jika dibandingkan dengan
pembuatan hay maka pembuatan silase ini terdapat keuntungan-keuntungan antara lain
: tidak tergantung cuaca dan tidak tergantung jenis hi jauan.
Umumnya di daerah tropis,
kualitas silase yang dihasilkan adalah jelek.
Hal ini disebabkan umumnya rumput di daerah tropis mengandung gula yang rendah. ditambah lagi, tingginya kondisi
temperatur yang mempercepat kerusakan
oleh jamur yang tumbuh subur pada kondisi ini. Di daerah tropis pembuatan
silase lebih dianjurkan dibandingkan dengan pembuatan hay, karena hay tidak
tahan disimpan lama (terlampau banyak cahaya dan kelembaban yang tinggi dapat secara cepat merusak hay tersebut, terutama
karotennya.
Maksud
pembuatan silase adalah untuk mengamankan, mengawetkan serta menyimpan sebagai
cadangan bahan pakan hijauan dengan tujuan :
1.
Sebagai persediaan makanan
yang dapat digunakan pada saat-saat kekurangan hijauan pakan.
2.
Untuk menampung kelebihan
hasil hijauan makanan ternak.
3.
Memanfaatkan hijauan pada
saat hewan ternak sedang mengalami pertumbuhan.
4.
Mendayagunakan
sisa hasil pertanian dan hasil ikutan pertanian lainnya.
Sejarah Pembuatan Silase Di Indonesia
Pembuatan silase ini
sudah lama dikenal orang. Sejak 1877, Goffant dari
Prancis telah menulis pertama kali mengenai silase ini. Pembuatan silase di
Indonesia pertama kali dilakukan oleh Matzelaar tahun 1916 di Madura dengan
jalan menyimpan hijauan makanan ternak dalam lubang tanah. Penyelidikan tersebut telah mengawetkan rumput
lapangan, rumput benggala dan dawn
kacang-kacangan di dalam tanah dengan ukuran lubang sebesar 1x1,5x1 meter. binding lubang serta bagian atas
dari hi jauan yang diawetkan itu
dilapisi dengan jalinan bambu. Tetapi hasilnya masih belum memuaskan.
Kemudian dalam laporan Koch, menyatakan bahwa pernah
mencoba menyimpan rumput di
dalam tanah yang berbentuk silinder dengan garis tengah 3-4 meter serta
dalamnya 2 meter. Setelah lubang penuh dengan rumput,
kemudian ditutup rapat-rapat dengan tanah setebal 50 cm. Lamanya penyimpanan antara 4-5 bulan dan ternyata hasil
hijauan yang dibuat silase ini masih disukai ternak. Dari percobaan diatas, ternyata cara kedua adalah lebih baik. Dengan lubang yang berbentuk
silinder untuk pembuatan silase adalah lebih baik daripada lubang yang
berbentuk segi.
Di Amerika Serikat setiap tahunnya dihasilkan tidak kurang
dari 170 juta ton silase. Angka-angka yang cukup mengesankan adalah bahwa
setiap tahunnya di
AS dibangun ± 12 ribu silo berbentuk menara.
Beberapa proses yang terjadi pada pembuatan silase
1. Pada
dasarnya sel-sel tanaman yang sudah dipotong-potong masih tetap mengadakan
respirasi dengan menggunakan oksigen yang masih tertinggal di sela-sela
diantara tumpukan bahan yang telah dipadatkan. Respirasi ini menyebabkan
terbentuknya CO2 dan panas. Beberapa enzim dalam tanaman juga ikut aktif misalnya
proteolisis yang banyak bertanggung jawab
terhadap, penurunan konsentrasi protein. Proses inilah antara lain yang
menyebabkan kadar protein silase selalu < 50% dari total N. Oleh karena itu
harus selalu diusahakan agar proses pengisian silo, harus semampat/sepadat
mungkin. Bakteri dan jamur juga ikut mendegradasi berbagai zat makanan bila
tersedia oksigen di dalam silo tersebut.
2. Dengan adanya sumber karbohidrat yang
terlarut akan dimanfaatkan oleh
bakteri an aerob untuk membentuk asam laktat dan asam asetat. Pembentukan asam
laktat dan asam asetat oleh bakteri an aerob dapat terjadi dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung intensitas produksi asam tersebut, dengan temperatur
antara 15-27°C clan 40-50°C, sedangkan
kisaran pH antara 3,9 - 4,2 (Foley et al, 1972). Jika suhu lebih dari
55°C menanclakan banyak udara di dalam silo sehingga ensilase tidak balk
(Susetyo dkk, 1969). Bakteri pembentuk asam laktat adalah Laktis acidi clan
Streptococcus lactic3.
3. Apabila cumber C H 0 tidak
mencukupi sampai proses pematangan maka bakteri pembentuk asam butirat manjadi aktif (Clostridium
tyrobutyrium dan Clostridium
saccharobutyricum, bakteri-bakteri pembentuk asam mentega). Bakteri ini akan menghidrolisis protein menjadi VFA clan NH3, sehingga nilai zat-zat makanan silase menurun,
jugs timbul rasa clan bau yang tidak enak. Zat-zat lain yang ikut menclapat
proses fermentasi adalah asam organik nonvolatil
clan karbohidrat struktural hemisellulusa dan pektin (Kuntzel clan Zimmer, 1972). Penambahan karbohidrat siap,
pakai (Readily Available Carbohydrate) diperlukan apabila kandungan karbohidrat siap pakai tidak mencukupi.
Penambahan ini bertujuan untuk mempercepat
penurunan pH, sehingga ensilase dapat berlangsung cepat.
Beberapa cars untuk mencegah berkembangnya
Clostridia yaitu
1.
gunakan hi jauan yang banyak mengandung karbohidrat
larut dalam air,
2.
kurangi
kemungkinan proses respirasi (pembentuk pangs) berlangsung lama,
3.
pelayuan yang dapat meningkatkan kadar bahan kering
yang akan
4.
menurunkan fermentasi, penggunaan bahan kimia (additive).
Diharapkan
mikroorganisme pembentuk asam laktat merupakan pelaksana utama proses
fermentasi yang akan membentuk asam laktat clan menurunkan pH secara cepat. Mikroorganisme ini
kurang efisien dibandingkan dengan
mikroorganisme lain dalam pembentukan selnya karena banyak energi yang
tertinggal dalam asam laktat.
Proses
ensilase pads clasarnya serupa dengan proses fermentasi dalam rumen (onaerob), bedanya ialah antara
lain bahwa proses ensilase hanya sekelompok bakteri tertentu yang cliharapkan
aktif yaitu grup pembentuk asam laktat,
sedangkan di rumen mikroba yang terlibatberaneka ragam jenisnya. Mikroorganisme
yang terlibat dalam proses fermentasi menclapat energinya dari substrat, oleh
karena itu ada kemungkinan bahwa mikroorganisme
tidak lagi akan memperoleh bahan/substrat yang dibutuhkan bila silase
tersebut diberikon kepada ruminansia (hampir semua zat/substrat suclah terlebih dahulu difermen-tasi/dimetabolisme dalam
silo). Sakteri aerob akan banyak
menclegraclasi substrat bila pengisian silo kurang padat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas silase
1. Faktor
hijaualn / bahan silase
a.
Kualitas silase sangat
ditentukan oleh jenis-jenis hijauan, phase pertumbuhan
pads saat pemotongan clan morphologi tanaman, terutama yang berhubungan
dengan tinggi rendahnya kanclungan Readily Available Carbohydrate.
b.
Disamping itu
morphologi tanaman jugs penting artinya sebab berkaitan dengan muclah tidaknya
bahan baku tersebut clipaclatkan didalam silo (Takano, 1972 ; Noller, 1973 ; Schukking, 1977).
2.
Macam
silo
Tempat pembuatan silase disebut silo
(lubang di dalam tanah). bengan berkembangnya teknologi pengawetan hi jauan
pakan dalam silo, maka bentuk silo berkembang
dari lubang di dalam tanah beralih menjacli lubang diatas tanah. Macam
silo menentukan kualitas silase yang
dihasilkan. Prinsip
dasar silo yang baik adalah dapat menekan keluar udara di dalam silo sebanyak
mungkin agar kondisi anaerob segera tercapai (Takano, 1972). Silo yang baik dalam proses pembuatan silase adalah bentuk silo yang kedap udara dan tidak
bocor. Berdasarkan bentuknya ada beberapa macam silo, yaitu :
1.
Pit silo :berbentuk
sumur dalam tanah. Silo ini dibantuk di tempat yang kering,
tidak mudah kebanjiran dan air. tanahnya dalam. Diameternya
harus lebar untuk memudahkan pengisian dan pengurasan isinya. Silo sumur ini ada
bahayanya karena besar kemungkinan terbentuknya
gas-gas yang beracun seperti gas CO2. Silo bentuk ini kini sudah lama
ditinggalkan karena tidak praktis pengoperasiannya.
2.
Trench silo : menyerupai parit
memanjang (horizontal di dalam tanah). Silo ini digali di dalam tanah,
berdinding miring, lantai dan dindingnya diperkuat dengan batu bats atau
batako. umumnya bagian atas lebih lebar
(sampai ± 6 m) dibandingkan dengan bagian bawah dan panjangnya bisa mencapai 100 m. Kemiringan
pinggirnya sekitar 5-10°, agar
perembesan air dapat dibuang dibagian bawah silo tersebut. Untuk
keperluan pembuangan air, lantainya diperlengkapi dengan selokan di tengah atau disisinya. Keuntungan silo
bentuk ini antara lain ongkos
konstruksinya yang lebih murah, ongkos mengisis lebih murah dan tidak memerlukan alat khusus. Bila
menggunakan truk pengangkut-- hijauan, truk tersebut dapat digunakan
untuk memadatkan.
3.
Tower silo: berbentuk menara keatas dan
bagian bawahnya berpintu. Biasanya
berdiameter 15m dengan bahan terbuat dari glazed tiles, beton, metal
berlapis gelas atau baja dengan ketinggian mencapai 25 m. Tower Silo diisi dari atas, diambil dari bawah. Pengolahan bahannya sebelum
dimasukkan ke dalam menara dan pengisiannya dijalankan secara
mekanis dengan alat khusus (misalnya ban berjalan). Demikianpula
pengurasannya.
4. Box silo: berbentuk kotak.
5.
Fence silo * silo yang hanya menggunakan
sekat-sekat dari bambu, kawat dan lain-lain,
biasanya merupakan tumpukan diatas tanah.
Dari berbagai macam bentuk
ini, sekarang yang umum dipakai adalah bentuk pit silo, karena mempunyai
beberapa keuntungan :
1. Cara
pembuatannya menurut penyelidikan di Australia lebih murah.
2. Dapat
diletakkan dimana saja (dekat kandang, dekat kebun rumput) asal dipertimbangkan faktor
draenase.
3. Mudah cars pengisian, pemadatan
dan pengambilannya.
4. Bebas dari kutu-kutu dan tahan
api.
5. Cara pengawasannya tidak banyak, setelah dipadatkan.. lalu ditutup dengan sempurna.
6. Mudah pemberiannya kepada ternak,
balk secara mekanis maupun cars ternaknya mengambil sendiri (self feeding)
7. Kerugian kuantitatif lebih
sedikit bila dibandingkan dengan bentuk silo lain.
Ketentuan
untuk silo
1. Ukuran silo hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan, sebagai pedoman
bahwa satu ton bahan silase diperlukan lugs silo 2 m3. Satu ton bahan yang akan dibuat silase diperoleh
hasil silase ± 2/3 nya.
2.
binding silo harus kedap udara dan air,
bagian bawah dan samping sebaiknya dilapisi plastik.
3. Pemilihan tempat, ada tiga hal yang perlu
diperhatikan
4.
Carilah tempat yang tidak mudah digenangi air pads waktu musim hujan dan pilihlah tempat yang lebih
tinggi dari sekitarrya.
5.
Pilihlah
tempat yang tidak jauh dari kandang ternak yang akan diberi silase.
6.
Dasar lubang tempat
ensilase harus diatas air tanah.
Selain itu itu plastik dapat pula
di jadikan sebagai silo. Silo plastik lebih praktis
karena dapat dibuat dalam Skala kecil don tidak memerlukan tempat khusus don besar kecilnya silo dapat
disesuaikan dengan kebutuh%--n ternak serta mudah untuk dipindahkan
tanpa banyak mempengaruhi kualitas silase.
3. Bohan pengawet (Preservative/aditif/conditioner)
Penggunaan rumput-rumputan atau
leguminosa yang kadar airnya lebih besar
dari 70% serta defisiensi zat makanan tertentu seperti karbohidrat
terlarut untuk bahan baku pembuatan silase hendaknya ditambahkan bahan pengawet (Noller, 1973). Bohan pengawet (aditif) tidak
dibutuhkan pads jenis tanaman yang cukup kandungan karbohidrat siap pakai (RAC) seperti sorgum don jagung. Secara
umum menurut Noller (1973) bentuk bahan pengawet yang digunakan dalam
pembuatan silase. Tujuan pemberian bahan
pengawet dalam pembuatan silase antara laian : mempercepat pembentukan
asom laktat guns mencegah fermentai berlebihan,
mempercepat penurunan pH, merupakan suplemen untuk zatzat makanan yang
defisiensi dari hi jauan yang digunakan.
4. Faktor-faktor lain.
bisamping ketiga fator
diatas masih banyak pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas silase, diontaranyo
:
a.
Pelayuan
bahan sebelum dimasukkan dalam silo. Pelayuan dapat dilakukan hingga dicapai
kandungan bahan kering antara 28-35%. Tujuan pelayuan adalah :
Meningkatkan
konsentrasi karbohidrat siap pakai per unit volume. Meningkatkan tekanan osmose sel tanaman
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri asam butirat.
- Mengurangi kehilangan
zat makanan akibat aliran air
Catatan :
Penambahan
garam pads bahan yang akan dibuat silase dapat pula menaikkan tekanan osmose.
Dosis garam yang ditambahkan adalah 0,5-1% pads hijauan dengan bahan kering 35%
1,5-2% pads hijauan
dengan bahan kering 25%
Metode yang dapat digunakan di lapang untuk mengestimasi bahan kering
hijauan yang akan dibuat silase.